Jumat, 18 Maret 2011

Reformasi Sepak Bola Indonesia


Sepak bola adalah bagian dari olahraga yang sangat populer di dunia. Siapa tak mengenal sepakbola pada saat ini dari anak kecil, orang dewasa sampai orang – orang yang sudah tua menggemari sepakbola. Sepakbola menjadi hiburan tersendiri dalam kehidupan masyarakat dunia karena dalam sepakbola semua ekspresi dapat tersalurkan. Dari mulai tegang karena tim kesayangannya kebobolan dan ketinggalan skor sampai bahagia serta terharu ketika tim kesayangannya memperoleh kemenangan dan memperoleh gelar juara.

Sepakbola adalah olahraga universal pada saat ini karena tak hanya kaum adam tapi kaum hawapun menyukai permainan sepakbola. Semua terbukti dengan hampir setiap pertandingan para kaum hawa hadir menyaksikan pertandingan tim yang di dukungnya. Ini pula yang terjadi di Indonesia karena semua elemen di Indonesia baik kaum miskin atau yang kaya sekalipun sangat menggilai sepakbola. Ini adalah bentuk dukungan masyarakat Indonesia kepada persepakbolaan di Indonesia.

Meski Indonesia gagal menjuarai piala AFC dan hanya mampu menjadi runner – up saja tapi hal itu sudah cukup membuat masyarakat berbangga karena tim nasional Indonesia mampu menjadi sangat perkasa di Piala AFC tahun ini. Ini bukti bahwa aksi sepakbola di lapangan hijau pemain - pemain Indonesia sudah berkembang. Semua tergakum – kagum dengan semangat dan kerja keras Firman dkk.

Sayangnya kemajuan pemain – pemain sepakbola Indonesia ini tidak didukung dengan menajemen organisasi yang menaungi persepakbolaan Indonesia. Kasus penjualan tiket saat AFC berlangsung yang berakhir rusuh membuktikan sistem yang ada di PSSI kita saat ini sangat buruk. Fokus mereka hanya mendapatkan keuntungan dalam penjualan tiket terbukti tiket pertandingan sempat naik meski diturunkan kembali. Fokus mereka dalam mendapatkan keuntungan tidak di imbangi dengan manajemen penjualan tiket yang baik.

Lebih ironis lagi pimpinan PSSI saat ini seperti mempolitisasi sepakbola Indonesia. Terbukti semua prestasi yang di dapatkan oleh PSSI di anggap ketua PSSI adalah andil dari partai tertentu. Padahal kalau mau berkaca tak ada prestasi yang membanggakan bagi persepakbolaan Indonesia selama ia menjabat sebagai ketua. Bahkan dengan tidak punya rasa malu dia mengklaim bahwa selama dia menjabat telah banyak membawa kemajuan dalam persepakbolaan Indonesia. Padahal semua masyarakat gerah dengan kepemimpinan ketua PSSI sekarang yang penuh dengan kepalsuan.

Ironis memang hanya karena pemimpin yang keras hati dan kepalanya yang tidak mau mundur meski tidak mampu membawa sepakbola Indonesia jadi lebih baik membuat persepakbolaan Indonesia terpecah belah. Terbukti munculnya LPI atau Liga Primer Indonesia sebagai liga baru yang di angggap lebih mandiri dari pada tim – tim yang dibawah naungan PSSI. Supporter beberapa tim di LSI – pun seperti gerah dengan sikap ketua PSSI sekarang ini sehingga mereka lebih mendukung tim yang mereka dukung untuk berpindah liga mengikuti beberapa tim LSI yang hijrah ke LPI seperti Persema, PSM dan Persebaya yang berubah nama menjadi Persebaya 1927.

Ini membuktikan sepakbola kita menjadi terpecah – pecah karena sikap tidak kesatrianya ketua PSSI ini. Seharusnya sebagai pemimpin yang bijak harus siap mundur jika gagal memimpin lembaga yang di pimpinya. Bukan malah sikap arogan dan semakin mempolitisir persepakbolaan Indonesia dengan orang tertentu atau partai politik tertentu. Jika sepakbola Indonesia ini ingin maju maka harus memiliki pemimpin yang mampu menyatukan aspirasi dan ide – ide seluruh elemen pecinta sepakbola seluruh Indonesia.

Saat ini terjadi gejolak pembaharuan dalam persepakbolaan kita. Gejolak ini mungkin akan mirip dengan runtuhnya masa orde baru karena pemimpin kita yang tak bisa di ajak diskusi lebih suka dengan aksi anarkis untuk menjatuhkannya yang gagal dalam memimpin. Semoga Kongres yang saat ini terjadi bukan ajang buat ketua PSSI mencari dan mengumpulkan dukungan untuknya. Semoga para elemen sepakbola yang menjadi perwakilan berbagai elemen pengurus sepakbola tanah air dapat membuka hatinya atas segala kekurangan organisasi kebanggaan sepakbola Indonesia sehingga bisa jeli memilih mana yang harus di dukung dan mana yang tidak.

Mari kita bahu membahu mengejar impian seluruh pecinta sepakbola Indonesia dalam memajukan sepakbola negeri ini. semoga cita – cita kita memiliki Liga yang Profesional yang tim – timnya yang mandiri tidak membebani APBD karena lebih baik dana itu di gunakan untuk membangun insfrastruktur olahraga, memiliki pemain yang profesional yang tak hanya harum di dalam negeri tapi juga di luar negeri dan tim nasional yang mampu membuat bangsa dan negara ini bangga akan prestasinya di dunia. Mari kita terus pantau sepakbola Indonesia untuk sepakbola Indonesia yang lebih baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar